3 Spesies Hiu Unik Ini Bisa Glow in the Dark, Begini Penampakannya

3 Spesies Hiu Unik Ini Bisa Glow in the Dark, Begini Penampakannya – Para ilmuwan baru-baru ini menemukan tiga spesies hiu yang dapat glow in the dark. Ketiga spesies itu bukanlah spesies baru, tetapi para peneliti baru menemukan fitur unik yang dimiliki hewan tersebut.

Kemampuan untuk bercahaya di dalam kegelapan sesungguhnya kerap ditemukan di binatang laut. Kemampuan tersebut, yang bernama bioluminescence, menyebabkan hewan yang memilikinya dapat memproses cahaya tampak melalui reaksi kimia.

Meski kebolehan glow in the dark jamak di kehidupan laut, para peneliti baru saja menemukan bukti pertama kalau hiu sirip layang-layang (Dalatias licha), hiu lentera perut hitam (Etmopterus lucifer), dan hiu lentera selatan (Etmopterus granulosus) juga punyai fitur unik tersebut.

Penemuan ini udah dilaporkan di dalam jurnal Frontiers in Marine Science terhadap 26 Februari 2021. Peneliti bilang, ketiga hiu disatuka selama survei ikan di Chatham Rise, yang terletak di terlepas pantai timur Selandia Baru, terhadap Januari 2020.

Semua hiu itu hidup di zona mesopelagik, atau yang biasa dikenal sebagai zona “senja”, yang punyai intensitas matahari paling redup di lautan. Zona ini terletak di kedalaman antara 200 dan 1.000 meter.


Para ilmuwan baru-baru ini menemukan tiga spesies hiu yang dapat glow in the dark. Ketiga spesies itu bukanlah spesies baru, tetapi para peneliti baru menemukan fitur unik yang dimiliki hewan tersebut.

Kemampuan untuk bercahaya di dalam kegelapan sesungguhnya kerap ditemukan di binatang laut. Kemampuan tersebut, yang bernama bioluminescence, menyebabkan hewan yang memilikinya dapat memproses cahaya tampak melalui reaksi kimia.

Meski kebolehan glow in the dark jamak di kehidupan laut, para peneliti baru saja menemukan bukti pertama kalau hiu sirip layang-layang (Dalatias licha), hiu lentera perut hitam (Etmopterus lucifer), dan hiu lentera selatan (Etmopterus granulosus) juga punyai fitur unik tersebut.

Penemuan ini udah dilaporkan di dalam jurnal Frontiers in Marine Science terhadap 26 Februari 2021. Peneliti bilang, ketiga hiu disatuka selama survei ikan di Chatham Rise, yang terletak di terlepas pantai timur Selandia Baru, terhadap Januari 2020.

Semua hiu itu hidup di zona mesopelagik, atau yang biasa dikenal sebagai zona “senja”, yang punyai intensitas matahari paling redup di lautan. Zona ini terletak di kedalaman antara 200 dan 1.000 meter.


Ketika dicermati berasal dari bawah, hiu-hiu itu tampak diterangi cahaya latar di permukaan air yang cerah. Tampilan unik ini memungkinkan mereka berisiko diserang oleh predator disaat berada di daerah terbuka.

Para peneliti pun tak begitu percaya apa kegunaan fitur glow in the dark ini. Sejauh ini, mereka tawarkan hipotesis bahwa kebolehan glow in the dark ketiga spesies hiu ini dapat menolong menyamarkan mereka berasal dari segala ancaman yang barangkali menyerang berasal dari bawah.

Masalahnya, hiu sirip layang-layang adalah hiu raksasa yang notabene enggak punyai predator. Ia dapat tumbuh sampai 180 cm, dan sekarang jadi vertebrata bercahaya terbesar yang diketahui manusia.

Fakta ini membuat ilmuwan makin lama bingung bersama kegunaan bioluminescence di hiu itu.
“Pertanyaan senantiasa perihal bioluminescence di vertebrata bercahaya terbesar; mengapa D. licha pancarkan cahaya ke anggota perut untuk melawan cahaya disaat ia punyai sedikit atau tidak tersedia predator?” kata peneliti.

Melalui kesusahan ini, para peneliti pun menyebabkan hipotesis tersendiri untuk hiu sirip layang-layang. Mereka mengusulkan kalau kegunaan bioluminescence di tubuh hiu sirip layang-layang bermanfaat untuk berburu.

“Ada dua hipotesis yang barangkali mengatakan pendaran ventral spesies laut di dalam ini:

pendaran barangkali digunakan (i) untuk menerangi dasar laut kala melacak dan berburu mangsa; atau (ii) untuk mendekati mangsa secara diam-diam, memakai kamuflase counterillumination, sebelum saat menyerang bersama cepat disaat cukup dekat, memungkinkan mereka untuk mendahului etmopterids,” kata para peneliti di dalam laporan mereka.

“Dalam kedua masalah tersebut, komitmen kontra iluminasi dapat terdistorsi untuk bermanfaat sebagai alat pemangsa alih-alih mekanisme penghindaran, hipotesis yang udah diajukan untuk hiu cookie-cutter, I. brasiliensis.”

Baca juga: 5 Jenis Ikan Terbesar di Dunia yang Ukurannya Menakjubkan

Peneliti mencatat, bioluminescence juga terdapat di hiu pemotong kue (cookie-cutter) (Isistius brasiliensis). Sebuah penelitian berasal dari tahun 1998 menduga bahwa hiu pemotong kue punyai fitur ini untuk berburu mangsa.

Namun, gara-gara sejauh ini masih belum cukup bukti, para peneliti bilang kalau studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengonfirmasi hipotesis mereka terhadap ikan unik tersebut. Studi lebih lanjut itu harus mengutarakan bagaimana bioluminescence di hiu bermanfaat dan apa dampaknya bagi jalinan mangsa-predator.

“Mempertimbangkan luasnya laut di dalam dan keberadaan organisme bercahaya di zona ini, kini makin lama mengetahui bahwa membuahkan cahaya di kedalaman harus memainkan peran penting di dalam menyusun ekosistem terbesar di planet kita,” tulis para peneliti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>