Ikan Hias yang 18 Tahun Salah Nama – Indonesia untungkan punyai tipe Arwana terbanyak di dunia. Dari sembilan tipe Arwana yang kondang sebagai ikan hias, enam di antaranya hidup di Indonesia, yakni Arwana Jardini, Arwana Hijau, Arwana Banjar, Arwana Pinoh, Arwana Golden, dan Arwana Super Red.
Arwana Super Red adalah tipe tercantik, sulit ditangkarkan dan dipercaya bisa mempunyai hoki (keberuntungan). Tak heran kalau ikan endemik Kapuas Hulu ini laku dijual dengan harga selangit. Harga seekor Super Red ukuran 18–20cm di pasaran lokal bisa meraih 2,5 sampai 3,5 juta rupiah. Semakin besar, harga Super Red akan makin tinggi. Untuk beroleh Super Red 50cm memiliki kualitas baik, kita perlu merogoh kantong sedalam 15–25 juta rupiah.
China adalah negara yang paling banyak mengimpor Arwana Super Red berasal dari Indonesia. Hingga dua tahun lalu, dalam sebulan sekurang-kurangnya 10.000 ekor anakan Super Red diterbangkan ke China, dengan harga USD 300 – 350 per ekor. Sayang pas ini China memperketat import Super Red. Untung masih ada negara lain yang selamanya membuka pintu untuk Super Red Indonesia, di antaranya Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Tapi keseluruhan ekspor Super Red ke semua negara tersebut, jumlahnya jauh lebih kecil dibanding jumlah ekspor ke China yang hampir dua tahun ini tersendat. Semoga pemerintah bisa mengusahakan sehingga ekspor Super Red ke China bisa ulang normal.
Perdagangan lintas negara Asian Arowana (Scleropages Formosus) dikontrol melalui Convention on International Trade Endangered Species (CITES), semenjak CITES memasukan Scleropages Formosus ke dalam daftar Appendix I terhadap tahun 1975. Appendix I adalah daftar tumbuhan dan satwa liar langka yang tidak bisa diperjualbelikan secara bebas.
Karena CITES masih mengacu kepada pengklasifikasian Muller & Schlegel yang dibuat tahun 1840, maka yang dimaksud Asian Arowana (Scleropages Formosus) dalam Appendix I adalah semua Arwana yang hidup di Asia Tenggara, terasa berasal dari Arwana Hijau, Banjar, Pinoh, Golden, dan Super Red, kalau Scleropages Inscriptus yang hidup di Myanmar dan Scleropages Jardinii.
Indonesia ikut menandatangani Convention on International Trade Endangered Species, gara-gara itu pemerintah perlu punyai otoritas penegakan hukum, otoritas keilmuan dan otoritas managemen yang memastikan semua penggunaan tumbuhan dan satwa liar yang masuk dalam daftar Appendix bisa dikontrol, termasuk Asian Arowana (Scleropages Formosus).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berperan sebagai otoritas keilmuan, tetapi untuk peran otoritas managemen tampaknya masih ada diskusi yang belum selesai antara KLHK dengan KKP.
Pemanfaatan Asian Arowana (Scleropages Formosus) di Indonesia diatur dalam banyak regulasi, baik yang dikeluarkan oleh KLHK maupun KKP.
Pada dasarnya semua regulasi yang ada mengatur bahwa:
1. Asian Arowana (Scleropages Formosus) adalah hewan liar terancam punah.
2. Dilarang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperjualbelikan Scleropages Formosus baik dalam kondisi hidup atau mati.
3. Scleropages Formosus yang bisa dimiliki, dipelihara, diperjualbelikan adalah hasil penangkaran generasi ke dua (F2) dan seterusnya.
4. Scleropages Formosus hasil penangkaran generasi ke dua (F2) dan selanjutnya diperlakukan sebagai spesimen yang tidak dilindungi, sehabis mencukupi syarat khusus yang ditetapkan pemerintah.
5. Pemegang izin penangkaran diwajibkan memberi tambahan penanda permanen sehingga Arwana hasil penangkaran bisa dibedakan dengan tangkapan alam.
6. Memindahkan Scleropages Formosus berasal dari satu lokasi ke lokasi lain perlu surat angkut dalam negeri atau surat angkut luar negeri. Bila otoritas managemen selamanya dipegang oleh KLHK maka surat angkut akan diterbitkan oleh kantor BKSDA, tapi kalau otoritas berpindah ke KKP, maka surat angkut dikeluarkan oleh Kepala UPT.
Sebelum 2003, biarpun terkandung perbedaan morfologi, semua Asian Arowana digabungkan ke dalam satu spesies, yakni Scleropagus Formosus. Arwana Super Red, Arwana Golden, Arwana Banjar, Arwana Pinoh dan Arwana Hijau dicatatkan dengan nama Scleropagus Formosus dalam semua regulasi, dokumen resmi negara, termasuk di dalam Appendix I CITES.
Hari ini Scleropages Formosus tidak ulang sama dengan sekian tipe Arwana yang hidup di Asia Tenggara. Tahun 2003, Pouyaud et al (Pouyaud, Sudarto & Teugels) memeriksa perbedaan morfologi semua Arwana di Asia Tenggara. Selain memperhitungkan perbedaan morfologi (morphometrics), dilakukan termasuk analisa genetik (phylogenetics) dan DNA (cytochrome b).
Dari hasil pemeriksaan morfologi, genetik dan DNA tersebut, dirumuskanlah penamaan baru untuk Scleropages Formosus.
Bava juga: Kenali, 4 Perbedaan Antara Ikan Laut dan Ikan Air Tawar
Arwana Hijau yang tersebar di enam negara Asia Tenggara selamanya menyandang nama Scleropages Formosus. Arwana Banjar dan Pinoh mendapat nama baru Scleropages Macrocephalus. Arwana Golden saat ini punyai nama Scleropages Aureus. Sedangkan Arwana Super Red yang berharga ekonomi paling tinggi, berpindah nama jadi Scleropages Legendrei. Kendurian perubahan nama ini dilakukan tahun 18 tahun yang lalu.
Merujuk kepada nama-nama baru yang disematkan sejak tahun 2003, gara-gara yang masuk ke dalam Appendix I pas ini hanya Scleropages Formosus dan Scleropages Inscriptus, apakah artinya Arwana Super Red (Scleropagus Legendrei), Arowana Golden (Scleropagus Aureus), Arowana Banjar dan Pinoh (Scleropagus Macrocephalus) tidak termasuk di dalam daftar Appendix I?
Mengingat dalam semua ketentuan di Indonesia, Arwana yang masuk ke dalam kategori langka dan terancam punah hanya Scleropages Formosus. Apakah pas ini Scleropagus Legendrei, Scleropages Macrocephalus dan Scleropages Aureus bukan satwa liar langka yang dilindungi?
Sehingga menangkapnya berasal dari alam dan memperjualbelikannya tidak melanggar hukum?
Belum lama ini Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Keputusan No. 2/2021 yang menobatkan Scleropages Formosus jadi maskot ikan hias air tawar Indonesia. Padahal Scleropages Formosus adalah nama latin untuk Arwana Hijau yang habitatnya bukan hanya di Indonesia. Atau sebetulnya gelar ini dianugerahkan kepada Arwana Super Red, yang sudah berpindah nama jadi Scleropages Legendrei sejak 18 tahun lalu?